Bingkai Filsafat
Bingkai Utama | Bingkai Informasi | Lukisan Alam | Bingkai Informasi | Kontak | Link Pilihan | Bingkai Katalog | Bingkai Pramuka | Sisi Lain Kehidupan | Asrama Bumi Ganesha ITB | Bingkai Filsafat | Bingkai Buku Tamu | Album Kadarsah | Album Ilmuwan | Album Pramuka | Album Alam | Album IPTEK

Artikel Tentang Filsafat


Pengertian Filsafat

1. Arti filsafat

Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni: a. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan. b. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Beberapa definisi Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini: a. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli). b. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda). c. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya. d. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. e. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: " apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika) " apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) " sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi) f. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal. g. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. Kesimpulan Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa: a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa. b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: " hakikat Tuhan, " hakikat alam semesta, dan " hakikat manusia, serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah bahwa definisi-definisi itu sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara mengesahkannya saja yang berbeda.

2. Cara membatasi filsafat

Kerana sangat luasnya lapangan ilmu filsafat, maka menjadi sukar pula orang mempelajarinya, dari mana hendak dimulai dan bagaimana cara membahasnya agar orang yang mempelajarinya segera dapat mengetahuinya. Pada zaman modern ini pada umunya orang telah sepakat untuk mempelajari ilmu filsafat itu dengan dua cara, yaitu dengan memplajari sejarah perkembangan sejak dahulu kala hingga sekarang (metode historis), dan dengan cara mempelajari isi atau lapangan pembahasannya yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis). Dalam metode historis orang mempelajari perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dahulu kala sehingga sekarang. Di sini dikemukakan riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat di segala masa, bagaimana timbulnya aliran filsafatnya tentang logika, tentang metafisika, tentang etika, dan tentang keagamaan. Seperti juga pembicaraan tentang zaman purba dilakukan secara berurutan (kronologis) menurut waktu masing masing. Dalam metode sistematis orang membahas langsung isi persoalan ilmu filsafat itu dengan tidak mementingkan urutan zaman perjuangannya masing-masing. Orang membagi persoalan ilmu filsafat itu dalam bidang-bidang yang tertentu. Misalnya, dalam bidang logika dipersoalkan mana yang benar dan mana yang salah menurut pertimbangan akal, bagaimana cara berpikir yang benar dan mana yang salah. Kemudian dalam bidang etika dipersoalkan tentang manakah yang baik dan manakah yang baik dan manakah yang buruk dalam pembuatan manusia. Di sini tidak dibicarakan persoalan-persoalan logika atau metafisika. Dalam metode sistematis ini para filsuf kita konfrontasikan satu sama lain dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya dalam soal etika kita konfrontasikan saja pendapat pendapat filsuf zaman klasik (Plato dan Aristoteles) dengan pendapat filsuf zaman pertengahan (Al-Farabi atau Thimas Aquinas), dan pendapat filsuf zaman 'aufklarung' (Kant dan lain-lain) dengan pendapat-pendapat filsuf dewasa ini (Jaspers dan Marcel) dengan tidak usah mempersoalkan tertib periodasi masing-masing. Begitu juga dalam soal-soal logika, metafisika, dan lain-lain.

3. Cabang-cabang filsafat

Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua ilmu khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula matematika dan fisika melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lain. Adapun psikologi baru pada akhir-akhir ini melepaskan diri dari filsafat, bahkan di beberapa insitut, psikologi masih terpaut dengan filsafat. Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak mati, tetapi hidup dengan corak baru sebagai 'ilmu istimewa' yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang menjadi pertanyaan ialah : apa sajakah yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam coraknya yang baru ini? Persoalan ini membawa kita kepada pembicaraan tentang cabang-cabang filsafat. Ahi filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda. Cuba perhatikan sarjana-sarjana filsafat di bawah ini: 1. H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut: " metafisika, " logika, " ajaran tentang ilmu pengetahuan " filsafat alam " filsafat sejarah " etika, " estetika, dan " antropologi. 2. Prof. Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam bagian, yaitu: " masalah teologis " masalah metafisika " masalah epistomologi " masalah etika " masalah politik, dan " masalah sejarah 3 Dr. Richard H. Popkin dan Dr Avrum Astroll dalam buku mereka, Philosophy Made Simple, membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh bagian, yaitu: " Section I Ethics " Section II Political Philosophy " Section III Metaphysics " Section IV Philosophy of Religion " Section V Theory of Knowledge " Section VI Logics " Secton VII Contemporary Philosophy, 4. Dr. M. J. Langeveld mengatakan: Filsafat adalah ilmu Kesatuan yang terdiri atas tiga lingkungan masalah: " lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya) " lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, logika) " lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yang bernilai berdasarkan religi) 5. Aristoteles, murid Plato, mengadakan pembagian secara kongkret dan sistematis menjadi empat cabang, yaitu: a) Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat. b) Filsafat teoretis. Cabang ini mencangkup: " ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini, " ilmu matematika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu dalam kuantitasnya, " ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu. Inilah yang paling utama dari filsafat. c) Filsafat praktis. Cabang ini mencakup: " ilmu etika. yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorang " ilmu ekonomi, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran di dalam negara. d) Filsafat poetika (Kesenian). Pembagian Aristoteles ini merupakan permulaan yang baik sekali bagi perkembangan pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari secara teratur. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika, hingga sekarang masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang dikagumi dan dipergunakan. Walaupun pembagian ahli yang satu tidak sama dengan pembagian ahli-ahli lainnya, kita melihat lebih banyak persamaan daripada perbedaan. Dari pandangan para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika, estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya. 1. Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia. 2. Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah. 3. Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk. 4. Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek. 5. Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan. 6. Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Seperti telah dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan pembahasannya. Yang ditujunya ialah mencari hakihat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya). Dari tinjauan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam tiap-tiap pembagian sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika, dan etika.

4. Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom). Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan. Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).

5. Aliran-aliran dalam filsafat

Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat sangat banyak dan kompleks. Di bawah ini akan kita bicarakan aliran metafisika, aliran etika, dan aliran-aliran teori pengetahuan. a. Aliran-aliran metafisika Menurut Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu (1) yang mengenai kuantitas (jumlah) dan (2) yang mengenai kualitas (sifat).Yang mengenai kuantitas terdiri atas (a)monisme, (b) dualisme, dan (c) pluralisme. Monisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa unsur pokok segala yang ada ini adalah esa (satu). Menurut Thales: air menurut Anaximandros: 'apeiron' menurut Anaximenes: udara. Dualisme adalah aliran yang berpendirian bahwa unsur pokok sarwa yang ada ini ada dua, yaitu roh dan benda. Pluralisme adalah aliran yang berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini banyak. Menurut Empedokles: udara, api, air dan tanah. Yang mengenai kualitas dibagi juga menjadi dua bagian besar, yakni (a) yang melihat hakikat kenyataan itu tetap, dan (b) yang melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian. Yang termasuk golongan pertama (tetap) ialah: " Spiritualisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh. " Materialisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat materi. Yang termasuk golongan kedua (kejadian) ialah: " Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hukum sebab-akibat. " Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian yang satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab-akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama. " Determinisme, yaitu aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil putusan-putusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu. " Indeterminisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam arti yang seluas-luasnya. b. Aliran-aliran etika Aliran-aliran penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah: 1) Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia sekali. 2) Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan 'hedone' (kenikmatan dan kelazatan). 3) Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility = manfaat). 4) Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasarkan atas prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi. 5) Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yang menilai baik-buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu. 6) Aliran etika theologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos = Tuhan). c. Aliran-aliran teori pengetahuan Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku. Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan. Termasuk ke dalamnya: " Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa manusia. " Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap pancainderanya. " Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri. " Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk ke dalamnya: " Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada. " Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya. d. Aliran-aliran lainnya dalam filsafat Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam filsafat. Aliran-aliran itu antara lain ialah: 1) Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai eksistensi, dan sehubungan dengan titik tolak ini. maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi. 2) Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam kehidupannya. 3) Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas. 4) Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya semata-mata berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-peristiwa yang dialami manusia. 5) Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga filsafat itu tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga mengenai ada, yang mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh hidup.

6. Filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan

a. Filsafat dan agama Dalam buku Filsafat Agama karangan Dr. H. Rosjidi diuraikan tentang perbedaan filsafat dengan agama, sebab kedua kata tersebut sering dipahami secara keliru. Filsafat 1) Filsafat berarti berpikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir. 2) Menurut William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memahami. 3) C.S. Lewis membedakan 'enjoyment' dan 'contemplation', misalnya laki-laki mencintai perempuan. Rasa cinta disebut 'enjoyment', sedangkan memikirkan rasa cintanya disebut 'contemplation', yaitu pikiran si pecinta tentang rasa cintanya itu. 4) Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang. 5) Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan jernih dan dapat dilihat dasarnya. 6) Seorang ahli filsafat, jika berhadapan dengan penganut aliran atau paham lain, biasanya bersikap lunak. 7) Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering mengeruhkan pikiran pemeluknya. 8) Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan argumen, walaupun argumenya sendiri. Agama 1) Agama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai dengan aturan-aturan agama itu. 2) Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia dengan Tuhan. 3) Agama dapat dikiaskan dengan 'enjoyment' atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian (dedication) atau 'contentment'. 4) Agama banyak berhubungan dengan hati. 5) Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya. 6) Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dn mengabdikan diri. 7) Agama, di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya. 8) Filsafat penting dalam mempelajari agama. Demikianlah antara lain perbedaan yang terdapat dalam filsafat dan agama menurut Dr. H. Rosjidi. b. Filsafat dan ilmu pengetahuan Apakah hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan? Oleh Louis Kattsoff dikatakan: Bahasa yang pakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukanya di dalam ilmu pengetahuan. Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuwan mungkin penting pula bagi seorang filsuf. Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf. Para filsuf terlatih di dalam metode ilmiah, dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa ilmu sebagai berikut: 1) Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filsuf identik dengan ilmuwan. 2) Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan. c. Bedanya filsafat dengan ilmu-ilmu lain. 1) Filsafat menyelidiki, membahas, serta memikirkan seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan satu sama lain. Jadi ia memandang satu kesatuan yang belum dipecah-pecah serta pembahasanya secara kesuluruhan. Sedangkan ilmu-ilmu lain atau ilmu vak menyelidiki hanya sebagian saja dari alam maujud ini, misalnya ilmu hayat membicarakan tentang hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia; ilmu bumi membicarakan tentang kota, sungai, hasil bumi dan sebagainya. 2) Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab-akibat, tetapi menyelidiki hakikatnya sekaligus. Sedangkan ilmu vak membahas tentang sebab dan akibat suatu peristiwa. 3) Dalam pembahasannya filsafat menjawab apa ia sebenarnya, dari mana asalnya, dan hendak ke mana perginya. Sedangkan ilmu vak harus menjawab pertanyaan bagaimana dan apa sebabnya. Sebagian orang menganggap bahwa filsafat merupakan ibu dari ilmu-ilmu vak. Alasannya ialah bahwa ilmu vak sering menghadapi kesulitan dalam menentukan batas-batas lingkungannya masing-masing. Misalnya batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat, antara sosiologi dengan antropologi. Ilmu-ilmu itu dengan sendirinya sukar menentukan batas-batas masing-masing. Suatu instansi yang lebih tinggi, yaitu ilmu filsafat, itulah yang mengatur dan menyelesaikan hubungan dan perbedaan batas-batas antara ilmu-ilmu vak tersebut. 7. Rangkuman Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu, dengan mencari sebab-sebab terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu. Jadi berarti ada metode, ada sistem, ada satu pandangan yang dipersatukan (memberi sintesis), dan yang dicari ialah sebab-sebabnya. Demikian filsafat mempunyai metode dan sistem sendiri dalam usahanya untuk mencari hakikat dari segala sesuatu, dan yang dicari ialah sebab-sebab yang terdalam. Ilmu-ilmu pengetahuan dirinci menurut lapangan atau objek dan sudut pandangan. Objek dan sudut pandangan filsafat disebut juga dalam definisinya, yaitu "segala sesuatu". Lapangan filsafat sangat jelas; ia meliputi segala apa yang ada. Pertanyaan-pertanyaan kita itu mengenai kesemuanya yang ada, tak ada yang dikecualikan. Hal-hal yang tidak kentara pun (seperti jiwa manusia, kebaikan, kebenaran, bahkan Tuhan sendiri pun) dipersoalkan. Lapangan yang sangat luas ini nanti kita bagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok. Sebab-sebab yang terdalam Dengan ini ditunjuk sudut pandangan, aspek khusus, sudut khusus yang dipelajari dalam segala sesuatu itu. Sudut pandangan (juga disebut "object formal") ini yang membedakan berbagai ilmu pengetahuan yang mengenai objek atau lapangan yang sama. Misalnya ilmu kedoktoran mempelajari manusia dilihat dari sudut tubuhnya yang sakit dan harusnya disembuhkan, sosiologi mempelajari manusia dalam sudut kemasyarakatan. Demikianlah filsafat mempelajari dalam segala sesuatu itu ialah keterangan yang penghabisan, yang terakhir, dan terdalam, sampai habis, sampai pada sebab yang terakhir. Yang kita cari ialah kebijaksanaan, hakikat dari seluruh kenyataan, intisari dan esensi dari semua yang ada. Kekuatan pikiran manusia sendiri Dengan ini ditunjuk alat yang kita gunakan dalam usaha kita untuk mencapai kebijaksanaan itu, yaitu pikiran kita sendiri. Ini membedakan filsafat dari teologi (ilmu ke-Allahan) yang juga mengenai segala sesuatu, tetapi yang berdasarkan wahyu Tuhan. Filsafat tidak berdasarkan wahyu Tuhan, tidak meminta pertolongan dari Kitab Suci, tetapi berdasarkan asas-asas dan dasar-dasarnya hanya dengan cara analisis-analisis oleh pikiran kita sendiri. Justru karena itu, filsafat dapat merumuskan hukum-hukum yang berlaku umum, bagi setiap orang, terserah agama mana yang dianutnya. Akan tetapi, ini pun kelemahan filsafat: jika hanya filsafat saja yang cukup dipakai sebagai pegangan hidup, pandangan hidup, maka ini tidak cukup, sebab banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan 100% memuaskan oleh filsafat, sedangkan filsafat sendiri dalam usahanya mencari hakikat dari seluruh kenyataan menunjuk kepada Tuhan sebagai sumber terakhir dan sebab pertama. (Jadi, sebetulnya filsafat dan agama !! tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi). +++ Karena sangat luasnya lapangan yang diselidiki dan sulit serta berbelit-belitnya soal-soal yang dihadapi maka lapangan yang sangat luas ini dibagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok agar penyelidikan dapat dilakukan dengan sistemis dan baik. Pembagian ini diadakan secara induksi, yaitu dengan melihat dulu persoalan-persoalan mana yang timbul dan minta diselesaikan. a. Tentang pengetahuan (alat untuk mencapai 'insight' itu) 1) Logika formal (logic) Membentangkan hukum-hukum yang harus ditaati agar kita berpikir dengan lurus dan baik dan dapat mencapai kebenaran. Ini akan dipelajari lebih lanjut dalam masa akan datang. 2) Kritika atau logika material (epistemology) Memandangkan isi pengetahuan kita, sumber-sumbernya, proses terjadinya pengetahuan, dan memberikan pertanggungjawaban tentang kemungkinan dan batas-batas pengetahuan kita (soal kekeliruan, kepastian, dan sebagainya). b. Tentang pertanyaan dan sebab-sebabnya yang terdalam 3) Metafisika (ontology/metaphysics) Mengupas apa ertinya "ada" itu, apa tujuannya, apa sebab-sebabnya, dan mencari hakikat dari semua barang yang ada (hylemorphisme) 4) Theodycea atau teologia naturalis (natural theology) Merupakan konsekuensi terakhir dari penyelidikan filsafat, dengan menunjukkan sebab pertama dan tujuan terakhir; mencari berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri bukti-bukti tentang adanya Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubunganNya dengan dunia. c. Tentang manusia dan dunia 5) Filsafat tentang manusia (philosophy of man) (Juga sering disebut antropologia metafisika atau psikologia metafisika). Ini merupakan inti dan pangkalan dari seluruh filsafat: Orang mengetahui tentang "ada" itu dari adanya sendiri. Maka diselidiki apa kodrat (nature) manusia itu, bagaimana susunannya atas badan dan jiwa, bagaimana terjadinya pengetahuan, apa kehendak bebas, apa arti dan peranan keinderaan dan perasaan, apa arti kepribadian, dan sebagainya. 6) Kosmologia (philosophy of nature) Mempersoalkan dunia material, susunannya, aturannya, mencari hakikat dari waktu dan tempat, gerakan, hidup, dan sebagainya. d. Tentang kesusilaan 7) Etika atau filsafat moral (ethics) Membentangkan apa yang baik, apa yang buruk, apa ukuran-ukurannya, bagaimana dan mengapa manusia terikat oleh aturan-aturan ke susilaan, bagaimana kita dipimpin oleh suara batin, bagaimana tujuan hidup dapat kita capaui, dan sebagainya. 8) Etika sosial Merupakan bagian dari etika yang sangat penting pula, taitu yang membicarakan norma-norma hidup kemasyarakatan (keluarga, negara internasional). e. Lain-lain Lapangan-lapangan yang tersebut di atas merupakan lapangan-lapangan pokok dari filsafat. Di samping. Di samping itu ada beberapa lapangan yang penting pula, yang merupakan rincian legih lanjut, penerapan asa-asas filsafat pada lapangan-lapangan hidup tertentu. Antara lain: asas-asas filsafat pada lapangan-lapangan hidup tertentu. Antara lain: " filsafat kebudayaan (kombinasi etika dan filsafat tentang manusia). " filsafat kesenian atau estetika, praktis " filsafat hukum " filsafat tentang sejarah, bahasa, ekonomi, teknik, agama, kerja dan lain-lain. +++ Kepentingan filsafat Akhirnya sepatah kata tentang kepentingan filsafat. Filsafat sering dianggap teori belaka, yang jauh dari kenyataan hidup konkret. Akan tetapi, filsafat ada segi praktisnya juga. Sikap dan pandangan yang dipertanggungjawabkan, seperti yang kita cari dalam filsafat, dengan sendirinya akan mempengaruhi sikap kita praktis juga. Kebijaksanaan tidak hanya berarti "pengetahuan yang mendalam", tetapi juga "sikap hidup yang benar", yang tepat, sesuai dengan pengetahuan yang telah dicapai itu. Ini nampak dengan jelas terutama pada pelajaran etika dan logika yang bersama-sama memberikan pegangan dan bimbingan kepada pikiran dan kepada kehendak, agar hidup dengan 'benar' dan 'baik'. maka konkretnya: 1) Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri: dengan berpikir lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita untuk berpikir untuk hidup sesadar-sadarnya, dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri. 2) Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara "dangkal" saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahnya. Dalam filsafat kita dilatih melihat dulu apa yang menjadi persoalan, dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya. 3) Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung "akuisme" dan "aku-sentrisme" (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku). 4) Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, "berdiri-sendiri", dengan cita-cita mencari kebenaran. 5) Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya. LATIHAN 1. Apa erti kata filsafat? Mengapa ahli filsafat disebut filsuf? 2. Apa ertinya kebijaksanaan itu? 3. Mengapa kiranya filsafat harus dilakukan dengan aktif? 4. Terangkanlah: kebenaran adalah permulaan filsafat! 5. Uraikanlah soal-soal mana saja yang dapat timbul bagi seorang yang hidup dengan sadar akan dirinya sendiri! 6. Apakah benar jika dikatakan bahwa sebetulnya setiap orang adalah ahli filsafat? 7. Berikanlah definisi filsafat dan terangkanlah erti kata-katanya masing-masing! 8. Apa objek filsafat, dan apa sudut pandangannya? 9. Uraikanlah tentang pembagian filsafat! Mengapa lapangan filsafat dibagi-bagi, dan mengapa dibagi-bagi demikian? 10.Apakah yang dibicarakan dalam logika, kosmologi, etika sosial? 11.Bagaimanakah soal-soal tentang kesusilaan dapat membawa manusia untuk berfilsafat?

SEJARAH FILSAFAT KUNO

1. Filsafat Yunani Para sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Karena itu tidak ada pengantar filsafat yang lebih ideal dari pada study perkembangan pemikiran filsafat di negeri Yunani. Alfred Whitehead mengatakan tentang Plato: "All Western phylosophy is but a series of footnotes to Plato". Pada Plato dan filsafat Yunani umumnya dijumpai problem filsafat yang masih dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani seperti ada, menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah dan dunia merupakan tema-tema bagi filsafat seluruhnya.

Filsuf- Filsuf Pertama

Ada tiga filsuf dari kota Miletos yaitu Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximandros berpendapat to apeiron atau yang tak terbatas sedangkan Anaximenes menunjuk udara. Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan bahwa semua makhluk hidup berasal dari air dan bentuk hidup yang pertama adalah ikan. dan manusia pertama tumbuh dalam perut ikan. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia. Filosof berikutnya yang perlu diperkenalkan adalah Pythagoras. Ajaran-ajarannya yang pokok adalah pertama dikatakan bahwa jiwa tidak dapat mati. Sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan itu mati jiwa itu pindah lagi dan seterusnya. Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari reinkarnasi itu. Kedua dari penemuannya terhadap interval-interval utama dari tangga nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum matematis. Bahkan katanya segala-galanya adalah bilangan. Ketiga mengenai kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan pusat dari sebuah rumah. Pada jaman Pythagoras ada Herakleitos Di kota Ephesos dan menyatakan bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan, karena api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu sementara apinya sendiri tetap menjadi api. Herakleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi. Pernyataannya yang masyhur "Pantarhei kai uden menei" yang artinya semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap. Filosof pertama yang disebut sebagai peletak dasar metafisika adalah Parmenides. Parmenides berpendapat bahwa yang ada ada, yang tidak ada tidak ada. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah yang ada 1) satu dan tidak terbagi, 2) kekal, tidak mungkin ada perubahan, 3) sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya, 4) mengisi segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada gerak sebagaimana klaim Herakleitos. Para filsuf tersebut dikenal sebagai filsuf monisme yaitu pendirian bahwa realitas seluruhnya bersifat satu karena terdiri dari satu unsur saja. Para Filsuf berikut ini dikenal sebagai filsuf pluralis, karena pandangannya yang menyatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur. Empedokles menyatakan bahwa realitas terdiri dari empat rizomata (akar) yaitu api, udara, tanah dan air. Perubahan-perubahan yang terjadi di alam dikendalikan oleh dua prinsip yaitu cinta (Philotes) dan benci (Neikos). Empedokles juga menerangkan bahwa pengenalan (manusia) berdasarkan prinsip yang sama mengenal yang sama. Pruralis yang berikutnya adalah Anaxagoras, yang mengatakan bahwa realitas adalah terdiri dari sejumlah tak terhingga spermata (benih). Berbeda dari Empedokles yang mengatakan bahwa setiap unsur hanya memiliki kualitasnya sendiri seperti api adalah panas dan air adalah basah, Anaxagoras mengatakan bahwa segalanya terdapat dalam segalanya. Karena itu rambut dan kuku bisa tumbuh dari daging. Perubahan yang membuat benih-benih menjadi kosmos hanya berupa satu prinsip yaitu Nus yang berarti roh atau rasio. Nus tidak tercampur dalam benih-benih dan Nus mengenal serta mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras dikatakan sebagai filsuf pertama yang membedakan antara "yang ruhani" dan "yang jasmani". Pluralis Leukippos dan Demokritos juga disebut sebagai filsuf atomis. Atomisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang tak dapat dibagi-bagi lagi, karenanya unsur-unsur terakhir ini disebut atomos. Lebih lanjut dikatakan bahwa atom-atom dibedakan melalui tiga cara: (seperti A dan N), urutannya (seperti AN dan NA) dan posisinya (seperti N dan Z). Jumlah atom tidak berhingga dan tidak mempunyai kualitas, sebagaimana pandangan Parmenides atom-atom tidak dijadikan dan kekal. Tetapi Leukippos dan Demokritos menerima ruang kosong sehingga memungkinkan adanya gerak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari dua hal: yang penuh yaitu atom-atom dan yang kosong. Menurut Demokritos jiwa juga terdiri dari atom-atom. Menurutnya proses pengenalan manusia tidak lain sebagai interaksi antar atom. Setiap benda mengeluarkan eidola (gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk sama seperti benda itu). Eidola ini masuk ke dalam panca indra dan disalurkan kedalam jiwa yang juga terdiri dari atom-atom eidola. Kualitas-kualitas yang manis, panas, dingin dan sebagainya, semua hanya berkuantitatif belaka. Atom jiwa bersentuhan dengan atom licin menyebabkan rasa manis, persentuhan dengan atom kesat menimbulkan rasa pahit sedangkan sentuhan dengan atom berkecepatan tinggi menyebabkan rasa panas, dan seterusnya.

Kaum Sofis dan Socrates

Filsafat dalam periode ini ditandai oleh ajarannya yang "membumi" dibandingkan ajaran-ajaran filsuf sebelumnya. Seperti dikatakan Cicero --sastrawan Roma-- bahwa Socrates telah memindahkan filsafat dari langit ke atas bumi. Maksudnya, filsuf pra-Socrates mengkonsentrasikan diri pada persoalan alam semesta sedangkan Socrates mengarahkan obyek penelitiannya pada manusia di atas bumi. Hal ini juga diikuti oleh para sofis. Seperti telah disebutkan di depan, sofis (sophistes) mengalami kemerosotan makna. Sophistes digunakan untuk menyebut guru-guru yang berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peran penting dalam masyarakat. Dalam dialog Protagoras, Plato mengatakan bahwa para sofis merupakan pemilik warung yang menjual barang ruhani. Sofis pertama adalah Protagoras, menurutnya manusia ialah ukuran segala-galanya. Pandangan ini bisa disebut "relativisme" artinya kebenaran tergantung pada manusia. Berkaitan dengan relativisme ini maka diperlukan seni berdebat yang memungkinkan orang membuat argumen yang paling lemah menjadi paling kuat. Ajarannya tentang negara mengatakan bahwa setiap negara mempunyai adat kebiasaan sendiri; seorang dewa berkunjung kepada manusia dan memberi anugerah --keinsyafan akan keadilan dan aidos hormat pada orang lain-- yang memungkinkan manusia dapat hidup bersama. Filsuf berikutnya adalah Gorgias yang mempertahankan tiga pendiriannya; 1) Tidak ada sesuatupun, 2) Seandainya sesutu tidak ada, maka ia tidak dapat dikenali, 3) Seandainya sesuatu dapat dikenali, maka hal itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Sofis Hippias berpandangan bahwa Physis (kodrat) manusia merupakan dasar dari tingkah laku manusia dan susunan masyarakat, bukannya undang-undang (nomos) karena undang-undang sering kali memperkosa kodrat manusia. Sofis Prodikos mengatakan bahwa agama merupakan penemuan manusia. Sedangkan Kritias berpendapat bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa negara yang licik. Sebagaimana para sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap relatifisme yang pada umumnya dianut para sofis. Menurut Socrates tidak benar bahwa yang baik itu baik bagi warga negara Athena dan lain lagi bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai yang sama bagi semua manusia, dan harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Pendirinya yang terkenal adalah pandangannya yang menyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah pengetahuan, pandangan ini kadang-kadang disebut intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates menciptakan suatu etika yang berlaku bagi semua manusia. Sedang ilmu pengetahuan Socrates menemukan metode induksi dan memperkenalkan definisi-definisi umum.

Plato.

Hampir semua karya Plato ditulis dalam bentuk dialog dan Socrates diberi peran yang dominan dalam dialog tersebut. Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa Plato memilih yang begitu. Pertama, sifat karyanya Socratik --Socrates berperan sentral-- dan diketahui bahwa Socrates tidak mengajar tetapi mengadakan tanya jawab dengan teman-temannya di Athena. Dengan demikian, karya plato dapat dipandang sebagai monumen bagi sang guru yang dikaguminya. Kedua, berkaitan dengan anggapan plato mengenai filsafat. Menurutya, filsafat pada intinya tidak lain daripada dialog, dan filsafat seolah-olah drama yang hidup, yang tidak pernah selasai tetapi harus dimulai kembali. Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang idea, jiwa dan proses mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yang selalu berubah dan dunia idea yang tidak pernah berubah. Idea merupakan sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada idea-idea tersebut. Idea-idea berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Idea hadir di dalam benda, idea-idea berpartisipasi dalam kongkret, dan idea merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga memberikam dua pengenalan. Pertama pengenalan tentang idea; inilah pengenalan yang sebenarnya. Pengenalan yang dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat, teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat), dan bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratik yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yang ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia idea tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat bahwa jika itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan idea. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi. Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami pra eksistensi dimana ia memandang idea-idea. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan (anamnenis) terhadap idea-idea yang telah dilihat pada waktu pra-eksistansi. Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga mengatakan, sebagaimana manusia, jagat raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara. Tetapi jasanya terbesar adalah usahanya membuka sekolah yang bertujuan ilmiah. Sekolahnya diberi nama "Akademia" yang paling didedikasikan kepada pahlawan yang bernama Akademos. Mata pelajaran yang paling diperhatikan adalah ilmu pasti. Menurut cerita tradisi, di pintu masuk akademia terdapat tulisan; "yang belum mempelajari matematika janganlah masuk di sini".

Aristoteles.

Ia berpendapat bahwa seorang tidak dapat mengetahui suatu obyek jika ia tidak dapat mengatakan pengetahuan itu pada orang lain. Barangkali dengan pandangannya yang seperti ini jumlah karyanya sangat banyak bisa dijelaskan. Spektrum pengetahuan yang diminati oleh Aristoteles luas sekali, barangkali seluas lapangan pengetahuan itu sendiri. Menurutnya pengetahuan manusia dapat disistemasikan sebagai berikut; Pengetahuan -------------------------------------------------------------------- Teoritis Praktis Produktif -------------------------------------- --------------- ----------- Teologi/metafisik Matematika Fisika Etika Politik Seni ---------------------- -------- Ilmu Hitung Ilmu Ukur Retorika Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan tersendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir secara ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, logika diuraikan secara sistematis. Tidak dapat dibantah bahwa logika Aristoteles memainkan peranan penting dalam sejarah intelektual manusia; tidaklah berlebihan bila Immanuel Kant mengatakan bahwa sejak Aristoteles logika tidak maju selangkahpun. Mengenai pengetahuan, Aristoteles mengatakan bahwa pengetahuan dapat dihasilkan melalui jalan induksi dan jalan deduksi, Induksi mengandalkan panca indera yang "lemah", sedangkan deduksi lepas dari pengetahuan inderawi. Karena itu dalam logikanya Aristoteles sangat banyak memberi tempat pada deduksi yang dipandangnya sebagai jalan sempurna menuju pengetahuan baru. Salah satu cara Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah Syllogismos (silogosme). a. Fisika Di dalam fisikanya, Aristoteles mempelajari dan membagi gerak (kinetis) menjadi dua; gerak spontan dan gerak karena kekerasan. Gerak spontan yang diartikan sebagai perubahan secara umum dikelompokkan menjadi gerak subsitusional yakni sesuatu menjadi sesuatu yang lain seperti seekor anjing mati dan gerak aksidental yakni perubahan yang menyangkut salah satu aspek saja. Gerak aksidental ini berlangsung melalui tiga cara; yaitu gerak lokal seperti meja pindah dari satu tempat ke tempat lain, gerak kualitatif seperti daun hijau menjadi kuning, dan gerak kuantitatif seperti pohon tumbuh membesar. Dalam setiap gerak ada 1) keadaan terdahulu, 2) keadaan baru, dan 3) substratum yang tetap. Sebagai contoh air dingin menjadi panas; dengan dingin sebagai keadaan terlebih dahulu, panas sebagai keadaan baru dan air sebagai substratum. Analisa gerak ini menuntut kita membedakan antara aktus dan potensi. Dalam fase pertama panas menjadi potensi air dan pada fase kedua panas manjadi aktus. Aristoteles juga mengintrodusir pengertian bentuk (morphe atau eidos) dan materi (hyle) ke dalam analisa geraknya. Dalam contoh air dingin menjadi panas, air sebagai hyle dan dingin serta panas sebagai morphe. Aristoteles berpendapat behwa setiap kejadian mempunyai empat sebab yang harus disebut. Keempat sebab tersebut adalah penyebab efisien sebagai sumber kejadian, penyebab final sebagai tujuan atau arah kejadian, penyebab material sebagai bahan tempat kejadian tempat berlangsung dan penyebab formal sebagai bentuk menyusun bahan. Keempat kejadian ini berlaku untuk semua kejadian alamiah maupun yang disebabkan oleh manusia. Aristoteles juga membicarakan phisis sebagai prinsip perkembangan yang terdapat dalam semua benda alamiah. Semua benda mempunyai sumber gerak atau diam dalam dirinya sendiri. Pohon kecil tumbuh besar karena phisisnya, pohon tetap tinggal pohon berkat phisis atau kodratnya. Mengenai alam, Aristoteles berpendirian bahwa dunia ini bergantung pada tujuan (telos) itu. Ia mengatakan "Alam tidak membuat sesuatupun dengan sia-sia dan tidak membuat sesuatu yang berlebihan", atau katanya lagi: "Alam berindak seolah-olah ia mengetahui konsekuensi perbuatannya". Teologi ini mencakup juga alam yang tidak hidup yang terdiri dari empat anasir api, udara, air dan tanah. Aristoteles mengatakan bahwa setiap anasir menuju ketempat kodratinya (locus naturalis). Berkaitan dengan jagat raya Aristoteles mengatakan bahwa kosmos terdiri dari dua wilayah yaitu wilayah sublunar (di bawah bulan) dan wilayah yang meliputi bulan, planet-planet dan bintang-bintang. Jagat raya berbentuk bola dan terbatas, tetapi tidak mempunyai permulaan dan kekal. Badan-badan jagat raya diluar bumi semua terdiri dari anasir kelima yaitu ether yang tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat berubah menjadi anasir lain. Gerak kodrati anasir ini adalah melingkar. Berkaitan dengan jagat raya ini Aristoteles mempunyai pandangan yang masyhur mengenai penggerak pertama yang tidak digerakkan. b. Psikologi Menurut Aristoteles jiwa dan badan dipandang sebagai dua aspek dari satu substansi. Badan adalah materi dan jiwa dalam bentuk dan masing-masing berperan sebagai potensi dan aktus. Pada manusia, jiwa dan tumbuh merupakan dua aspek dari substansi yang sama yakni manusia. Anggapan ini mempunyai konsekuensi bahwa jiwa tidak kekal karena jiwa tidak dapat hidup tanpa materi. Potensi dan aktus juga mempunyai dalam pengenalan inderawi. kita menerima bentuk tanpa materi. Pengenalan inderawi tidak lain adalah peralihan dari potensi ke aktus suatu organ tubuh dari aktus obyek. Sebagaimana proses pengenalan inderawi dalam pengenalan rasional bentuk tepatnya bentuk intelektual diterima oleh rasio. Bentuk intelektual ialah bentuk hakikat atau esensi suatu benda. Fungsi rasio dibagi menjadi dua macam yaitu rasio pasif (nus pathetikos) yang menerima esensi dan rasio aktif (nus poitikos) yang "membentuk" esensi. c. Metafisika Ta meta ta physica berarti hal-hal sesudah hak-hal fisis. Metafisika merupakan pengetahuan yang semata-mata berkaitan dengan tuhan dan fenomena yang terpisah dari alam. Di dalam Metaphysica-nya Aristoteles membahas Penggerak Utama. Gerak utama di jagat raya tidak mempunyai permulaan maupun penghabisan. Karena setiap sesuatu yang bergerak, digerakkan oleh sesuatu yang lain perlulah menerima satu Penggerak Pertama yang menyebabkan gerak itu, tetapi ia sendiri tidak digerakkan. Penggerak ini sama sekali lepas dari materi, karena segalanya yang mempunyai meteri mempunyai potensi untuk bergerak. Allah sebagai Penggerak Pertama tidak mempunyai potensi apapun juga dan Allah harus dianggap sebagai aktus murni. Allah bersifat immaterial atau tak badani, Ia harus disamakan dengan kesadaran atau pemikirannya. Karena itu aktifitas-Nya tidak lain adalah berpikir saja dan Allah merupakan pemikiran yang memandang pemikirannya. Allah sebagai penyebab final dari gerak jagat raya ini; segala sesuatu pengejar penggerak yang sempurna dan Ia menggerakkan karena dicintai. Ajaran lain dari Aristoteles adalah tentang filsafat praktis yaitu etika dan politika. Lanjut di sini. Dalam filsafat, Aristoteles disebut sebagai tokoh madzhab peripatis (peripatos, berjalan-jalan) yang menyadarkan diri pada deduksi untuk memperoleh kebijaksanaan. Sedangkan gurunya, Plato merupakan tokoh madzhab illuminasionis yang juga mengandalkan jalan hati, asketisme dan penyucian jiwa dalam menyingkap realitas. [] dari berbagai sumber.
==========================================================

Descartes, Rene

diterjemahkan oleh Heriyadi

Hukum-hukum Descartes

Dalam karyanya Discourse on Method, setelah mengkritik pendidikan yang masih didominasi oleh Scholasticism pada masa itu, ia memperkenalkan metode baru. Yang menurutnya harus menjadi dasar bagi seluruh pendidikan dan riset sains serta filsafat. Hukum-hukum tersebut adalah : " Untuk tidak menerima suatupun sebagai benar jika tidak secara rasional jelas dan dapat dibedakan; " Menganalisa ide-ide yang kompleks dengan menyederhanakannya dalam elemen yang konstitutif, dimana rasio dapat memahaminya secara intuitif; " Merekostruksi, dimulai dari ide yang simple dan bekerja secara sintetis ke bagian yang kompleks; " Membuat sebuah enumerasi yang akurat dan lengkap dari data permasalahan, menggunakan langkah-langkah baik induktif maupun deduktif.. Menurut Descartes ide tidak dating dari pengalaman, akan tetapi intelektual menemukan dalam dirinya sendiri. Ia menyatakan bahwa hanya ide-ide inilah yang valid dalam ranah realitas. Jadi 'ke-konkret-an' atau validitas obyek dari sebuah ide tergantung dari kejelasan dan pembedaan itu sendiri.

Metafisika Descartes

Metode Descartes dalam metafisika dimulai dari pencariannya atas segala sesuatu yang 'jelas' dan 'berbeda', dan dari sinilah dia memulai pemikiran deduktifnya. Untuk memulai dengan pijakan yang kuat dia memperkenalkan 'metode keraguan', keraguan yang akan menjadi titik awal datangnya kepastian. Keraguan ini berbeda dengan para skeptis yang ragu untuk tetap ragu. Premis awal yang disusun oleh Descartes adalah "Saya ragu" yang kemudian dilanjutkan dengan "Ketika seseorang ragu dia pasti berpikir". Dan dari sana muncul proposisi "Ketika saya berpikir maka saya ada" atau 'Cogito Ergo Sum'. Inilah yang menjadi landasan dari filsafat Descartes untuk menyatakan keberadaan Tuhan atau realitas primer (res cogitans). Dalam membuktikan keberadaan Tuhan, Descartes menggunakan tiga argument dasar yaitu : " "Cogito" telah memberikan kesadaran pada diriku sendiri atas keterbatasan diri dan ketidaksempurnaan keberadaan. Ini membuktikan bahwa aku tidak memberikan eksistensi pada diriku sendiri, dalam permasalahan tersebut, aku telah menyerahkan diriku pada sifat yang sempurna yang tidak kumiliki, dimana menjadi subyek yang diragukan. " Aku memiliki Ide kesempurnaan : jika aku tidak memilikinya, aku tidak akan pernah tahu bahwa aku tidak sempurna. Sekarang darimanakan datangnya ide kesempurnaan tersebut ? tidak dari diriku sendiri, karena aku tidak sempurna dan kesempurnaan tidak datang dari yang tidak sempurna. Jadi datangnya dari Sesuatu yang Sempurna, yaitu Tuhan. " Analisis daqri ide kesempurnaan melibatkan eksistensi dari Keberadaan yang Sempurna, bagai sebuah lembah yang termasuk dalam ide sebuah gunung, maka eksistensi juga termasuk dalam ide kesempurnaan tersebut. Hal ini merupakan pembeda antara filsafat sebelum Descartes atau filsafat klasik dan filsafat modern. Dari Descartes filsafat dituntut dari 'ilmu keberadaan' (science of being) menuju 'ilmu pemikiran' (science of thought/epistimologi). Di mana filsafat ini lebih di dalami oleh Kant dan filsuf idealisme lainnya. Karena pijakannya yang menggunakan rasio daripada pengalaman empiris maka Descartes dikenal sebagai filsuf rasionalis daratan bersama dengan Spinoza, dan Leibniz. Sementara tidak jauh dari jamannya dan tempatnya muncul tiga filsuf yang dikenal sebagai empiris-anglo saxon yaitu : Locke, Berkeley, dan Hume. Dunia menurut Descartes mempunyai karakterisasi sebagai perpanjangan (res extensa), yang tidak terbatas. Dalam perpanjangan ini, kekuatan Tuhan menempati kekuatan atau gaya dan pergerakan, yang ditentukan oleh prinsip kausalitas absolut. "Dunia adalah sebuah mesin besar", dunia anorganik, tumbuhan, binatang, dan bahkan manusia, sepanjang tubuhnya yang menjadi perhatian, adalah mesin yang diperintah oleh hukum pergerakan kausalitas.

Kritik terhadap Filsafat Descartes

Filsafat rasionalis Descartes yang mengandalkan rasionalitas mengabaikan pengalaman empiris sebagai dasar kebenaran, hal inilah yang ditolak oleh filsuf empirisme, yang pada waktu hampir bersamaan tumbuh di Inggris. Filsafat empirisme mengatakan bahwa bukanlah rasio yang menyusun kebenaran, akan tetapi pengalamanlah yang nantinya membawa manusia dalam kebenaran. John Locke, salah satu filsuf empirisme mengatakan bahwa manusia itu seperti tabula rasa yaitu kertas putih yang nantinya akan ditulisi dengan pengalamannya di dunia nyata. Dan inilah yang bertolak belakang dengan filsafat rasionalisme terutama Descartes. Setelah empirisme kritik timbul dari Spinoza, salah satu filsuf rasionalis yang berada di Belanda. Dengan pantheismenya dia membantah dualisme antara pemikiran dan tubuh yang dikemukakan oleh Descartes. Kritik yang sangat tajam justru disampaikan oleh Kant dalam karyanya "Critique of Pure Reason", di sini kant mengatakan bahwa kebenaran tidak dating dari rasio murni atau empiris murni melainkan gabungan dari keduanya yang dibedakan atas a priori dan a posteriori. Beberapa yang masih menjadi perdebatan tentang filsafat Descartes adalah metodenya yang meragukan segala sesuatu. Dari keragu-raguannya yang meragukan segala hal bahkan dia hamper mengatakan bahwa semuanya salah, dia mengajukan premis di mana dia memiliki ide tentang Tuhan sebagai keberadaan sempurna. Problematika ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan hangat. Yang menjadi sorotan adalah inkonsistensi yang dilakukan Descartes dalam metodenya. Ketika menyatakan bahwa segalanya diragukan, pada saat yang sama dia memakai anggapan-anggapan rasio umum dan secara terus-menerus dia pergunakan. Seperti dalam 'Cogito Ergo Sum' yang menggunakan kontradiksi ini, dimana Descartes menempatkan 'berpikir' dan 'ragu' sebagai bukti keberadaannya atau eksistensinya. Karena pada pokoknya Descartes berpikiran bahwa tidak mungkin berpikirdan tidak berpikir atau eksis dan tidak eksis dapat terjadi bersamaan. Seharusnya ketika dia meragukan segalanya berpikir dan tidak berpikir atau eksis dan tidak eksis bisa saja terjadi dalam waktu yang bersamaan. Sehingga pernyataan nya tentang 'Cogito Ergo Sum' tidak memiliki nilai obyektif yang real. Kontradiksi pada pemikiran Descartes ini berakibat munculnya hasil yang ganda dalam setiap karya filsafatnya. Seperti dalam pembuktian keberadaan Tuhan, sekaligus Descartes membuktikan bahwa eksistensi Tuhan itu sendiri tidak mungkin. Karena dengan metode keraguan yang menjadi landasan berpikirnya, maka seluruh karya filsafatnya diragukan secara fundamental dan inkonsisten. Ketertarikannya pada alat mekanik pada waktu itu membuat Descartes sangat terinspirasi oleh cara kerja alat-alat tersebut sehingga dia pun mengatakan bahwa dunia merupakan sebuah mesin besar yang bergerak di bawah hukum-hukum pergerakan kausalitas universal. Efek dari filsafatnya ini adalah termekanisasikannya seluruh aspek hidup manusia yang kemudian hari dikritik oleh para pemikir postmodern seperti Foucault, Lyotard, dan Marcuse. Akan tetapi dari semua kelemahan yang ditemukan dalam karyanya tersebut, Descartes merupakan pionir dalam filsafat modern yang berjasa bagi tumbuh berkembangnya ilmu pengetahuan dan filsafat modern. --
 

Aristoteles
Teori Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge atau ilmu )adalah bagian yang esensial-
aksiden manusia, karena pengetahuan adalah buah dari "berpikir ".
Berpikir ( atau natiqiyyah) adalah sebagai differentia ( atau fashl)
yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya,yaitu hewan. Dan
sebenarnya kehebatan manusia dan " barangkali " keunggulannya dari
spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia
dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Lalu apa
yang telah dan ingin diketahui oleh manusia ? Bagaimana manusia
berpengetahuan ? Apa yang ia lakukan dan dengan apa agar memiliki
pengetahuan ? Kemudian apakah yang ia ketahui itu benar ? Dan apa
yang mejadi tolak ukur kebenaran ?
Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali karena
pertanyaan-pertanyaan ini sudah terjawab dengan sendirinya ketika
manusia sudah masuk ke alam realita. Namun ketika masalah-masalah itu
diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka tidak menjadi sederhana
lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah
menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi
sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-masalah itu
dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang
diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya
menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia (world view),
sehingga pada gilirannya muncul perbedaan ideologi. Dan itulah
realita dari kehidupan manusia yang memiliki aneka ragam sudut
pandang dan ideologi.
Atas dasar itu, manusia -paling tidak yang menganggap penting masalah-
masalah diatas- perlu membahas ilmu dan pengetahuan itu sendiri.
Dalam hal ini, ilmu tidak lagi menjadi satu aktivitas otak, yaitu
menerima, merekam, dan mengolah apa yang ada dalam benak, tetapi ia
menjadi objek.
Para pemikir menyebut ilmu tentang ilmu ini dengan epistemologi
(teori pengetahuan atau nadzariyyah al ma'rifah).
Epistemologi menjadi sebuah kajian, sebenarnya, belum terlalu lama,
yaitu sejak tiga abad yang lalu dan berkembang di dunia barat.
Sementara di dunia Islam kajian tentang ini sebagai sebuah ilmu
tersendiri belum populer. Belakangan beberapa pemikir dan filusuf
Islam menuliskan buku tentang epistemologi secara khusus seperti,
Mutahhari dengan bukunya "Syinakht", Muhammad Baqir Shadr dengan
"Falsafatuna"-nya, Jawad Amuli dengan "Nadzariyyah al Ma'rifah"-nya
dan Ja'far Subhani dengan "Nadzariyyah al Ma'rifah"-nya. Sebelumnya,
pembahasan tentang epistemologi di bahas di sela-sela buku-buku
filsafat klasik dan mantiq. Mereka -barat- sangat menaruh perhatian
yang besar terhadap kajian ini, karena situasi dan kondisi yang
mereka hadapi. Dunia barat (baca: Eropa) mengalami ledakan kebebasan
berekspresi dalam segala hal yang sangat besar dan hebat yang merubah
cara berpikir mereka. Mereka telah bebas dari trauma intelektual.
Adalah Renaissance yang paling berjasa bagi mereka dalam menutup abad
kegelapan Eropa yang panjang dan membuka lembaran sejarah mereka yang
baru. Supremasi dan dominasi gereja atas ilmu pengetahuan telah
hancur. Sebagai akibat dari runtuhnya gereja yang memandang dunia
dangan pandangan yang apriori atas nama Tuhan dan agama, mereka
mencoba mencari alternatif lain dalam memandang dunia (baca:
realita). Maka dari itu, bemunculan berbagai aliran pemikiran yang
bergantian dan tidak sedikit yang kontradiktif. Namun secara garis
besar aliran-aliran yang sempat muncul adalah ada dua, yakni aliran
rasionalis dan empiris. Dan sebagian darinya telah lenyap. Dari kaum
rasionalis muncul Descartes, Imanuel Kant, Hegel dan lain-lain. Dan
dari kaum empiris adalah Auguste Comte dengan Positivismenya, Wiliam
James dengan Pragmatismenya, Francis Bacon dengan Sensualismenya.
Berbeda dengan barat, di dunia Islam tidak terjadi ledakan seperti
itu, karena dalam Islam agama dan ilmu pengetahuan berjalan seiring
dan berdampingan, meskipun terdapat beberapa friksi antara agama dan
ilmu, tetapi itu sangat sedikit dan terjadi karena interpretasi dari
teks agama yang terlalu dini. Namun secara keseluruhan agama dan ilmu
saling mendukung. Malah tidak sedikit dari ulama Islam, juga sebagai
ilmuwan seperti : Ibnu Sina, al Farabi, Jabir bin al Hayyan, al
Khawarizmi, Syekh al Thusi dan yang lainnya. Oleh karena itu, ledakan
intelektual dalam Islam tidak terjadi. Perkembangan ilmu di dunia
Islam relatif stabil dan tenang.
Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang telah di-Arabkan. Kata ini
barasal dari dua kata "philos" dan "shopia" yang berarti pecinta
pengetahuan. Konon yang pertama kali menggunakan kata "philoshop"
adalah Socrates. (dan masih konon juga) Dia menggunakan kata ini
karena dua alasan, Pertama, kerendah-hatian dia. Meskipun ia seorang
yang pandai dan luas pengetahuannya, dia tidak mau menyebut dirinya
sebagai orang yang pandai. Tetapi dia memilih untuk disebut pecinta
pengetahuan.
Kedua, pada waktu itu, di Yunani terdapat beberapa orang yang
menganggap diri mereka orang yang pandai (shopis). Mereka pandai
bersilat lidah, sehingga apa yang mereka anggap benar adalah benar.
Jadi kebenaran tergantung apa yang mereka katakan. Kebenaran yang
riil tidak ada. Akhirnya manusia waktu itu terjangkit skeptis,
artinya mereka ragu-ragu terhadap segala sesuatu, karena apa yang
mereka anggap benar belum tentu benar dan kebenaran tergantung orang-
orang shopis. Dalam keadaan seperti ini, Socrates merasa perlu
membangun kepercayaan kepada manusia bahwa kebenaran itu ada dan
tidak harus tergantung kepada kaum shopis. Dia berhasil dalam
upayanya itu dan mengalahkan kaum shopis. Meski dia berhasil, ia
tidak ingin dikatakan pandai, tetapi ia memilih kata philoshop
sebagai sindiran kepada mereka yang sok pandai.
Kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh Plato, yang dikembangkan
lebih jauh oleh Aristoteles. Aristoteles menyusun kaidah-kaidah
berpikir dan berdalil yang kemudian dikenal dengan logika (mantiq)
Aristotelian.
Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang
dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni,
filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis mencakup:
(1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu
pertambangan dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu
tentang ketuhanan dan methafisika. Filsafat praktis mencakup: (1)
norma-norma (akhlak); (2) urusa rumah tangga; (3) sosial dan politik.
Filusuf adalah orang yang mengetahui semua cabang-cabang ilmu
pengetahuan tadi.
Mungkinkah Manusia itu Mempunyai Pengetahuan ?
Masalah epistemologis yang sejak dahulu dan juga sekarang menjadi
bahan kajian adalah, apakah berpengetahuan itu mungkin ? Apakah dunia
(baca: realita) bisa diketahui ? Sekilas masalah ini konyol dan
menggelikan. Tetapi terdapat beberapa orang yang mengingkari
pengetahuan atau meragukan pengetahuan. Misalnya, bapak kaum sophis,
Georgias, pernah dikutip darinya sebuah ungkapan berikut, "Segala
sesuatu tidak ada. Jika adapun, maka tidak dapat diketahui, atau jika
dapat diketahui, maka tidak bisa diinformasikan."
Mereka mempunyai beberapa alasan yang cukup kuat ketika berpendapat
bahwa pengetahuan sesuatu yang tidak ada atau tidak dapat dipercaya.
Pyrrho salah seorang dari mereka menyebutkan bahwa manusia ketika
ingin mengetahui sesuatu menggunakan dua alat yakni, indra dan akal.
Indra yang merupakan alat pengetahuan yang paling dasar mempunyai
banyak kesalahan, baik indra penglihat, pendengar, peraba, pencium
dan perasa. Mereka mengatakan satu indra saja mempunyai kesalahan
ratusan. Jika demikian adanya, maka bagaimana pengetahuan lewat indra
dapat dipercaya ? Demikian pula halnya dengan akal. Manusia
seringkali salah dalam berpikir. Bukti yang paling jelas bahwa di
antara para filusuf sendiri terdapat perbedaan yang jelas tidak
mungkin semua benar pasti ada yang salah. Maka akalpun tidak dapat
dipercaya. Oleh karena alat pengetahuan hanya dua saja dan keduanya
mungkin bersalah, maka pengetahuan tidak dapat dipercaya.
Pyrrho ketika berdalil bahwa pengetahuan tidak mungkin karena
kasalahan-kesalahan yang indra dan akal, sebenarnya, ia telah
mengetahui (baca: meyakini) bahwa pengetahuan tidak mungkin. Dan itu
merupakan pengetahuan. Itu pertama. Kedua, ketika ia mengatakan bahwa
indra dan akal seringkali bersalah, atau katakan, selalu bersalah,
berarti ia mengetahui bahwa indra dan akal itu salah. Dan itu adalah
pengetahuan juga.
Alasan yang dikemukakan oleh Pyrrho tidak sampai pada kesimpulan
bahwa pengetahuan sesuatu yang tidak mungkin. Alasan itu hanya dapat
membuktikan bahwa ada kesalahan dalam akal dan indra tetapi tidak
semua pengetahuan lewat keduanya salah. Oleh karen itu mesti ada cara
agar akal dan indra tidak bersalah.
Menurut Ibnu Sina, ada cara lain yang lebih efektif untuk menghadapi
mereka, yaitu pukullah mereka. Kalau dia merasakan kesakitan berarti
mereka mengetahui adanya sakit (akhir dawa' kay).
" Cogito, ergosum "-nya Descartes.
Rene Descartes termasuk pemikir yang beraliran rasionalis. Ia cukup
berjasa dalam membangkitkan kembali rasionalisme di barat. Muhammad
Baqir Shadr memasukkannya ke dalam kaum rasionalis. Ia termasuk
pemikir yang pernah mengalami skeptisme akan pengetahuan dan realita,
namun ia selamat dan bangkit menjadi seorang yang meyakini realita.
Bangunan rasionalnya beranjak dari keraguan atas realita dan
pengetahuan. Ia mencari dasar keyakinannya terhadap Tuhan, alam, jiwa
dan kota Paris. Dia mendapatkan bahwa yang menjadi dasar atau alat
keyakinan dan pengetahuannya adalah indra dan akal. Ternyata keduanya
masih perlu didiskusikan, artinya keduanya tidak memberika hal yang
pasti dan meyakinkan. Lantas dia berpikir bahwa segala sesuatu bisa
diragukan, tetapi ia tidak bisa meragukan akan pikirannya. Dengan
kata lain ia meyakini dan mengetahui bahwa dirinya ragu-ragu dan
berpikir. Ungkapannya yang populer dan sekaligus fondasi keyakinan
dan pengetahuannya adalah " Saya berpikir (baca : ragu-ragu), maka
saya ada ".
Argumentasinya akan realita menggunakan silogisme kategoris bentuk
pertama, namun tanpa menyebutkan premis mayor. Saya berpikir, setiap
yang berpikir ada, maka saya ada.
Keraguan al Ghazzali.
Dari dunia Islam adalah Imam al Ghazzali yang pernah skeptis terhadap
realita, namun iapun selamat dan menjadi pemikir besar dalam filsafat
dan tashawwuf. Perkataannya yang populer adalah " Keraguan adalah
kendaraan yang mengantarkan seseorang ke keyakinan ".
Sumber Dana Alat Pengetahuan.
Setelah pengetahuan itu sesuatu yang mungkin dan realistis, masalah
yang dibahas dalam lliteratur-literatur epistimologi Islam adalah
masalah yang berkaitan dengan sumber dan alat pengetahuan. Sesuai
dengan hukum kausaliltas bahwa setiap akibat pasti ada sebabnya, maka
pengetahuan adalah sesuatu yang sifatnya aksidental -baik menurut
teori recolection-nya Plato, teori Aristoteles yang rasionalis-
paripatetik, teori iluminasi-nya Suhrawardi, dan filsafat-
materialisnya kaum empiris- dan pasti mempunyai sebab atau sumber.
Tentu yang dianggap sebagai sumber pengetahuan itu beragam dan
berbeda sebagaimana beragam dan berbedanya aliran pemikiran manusia.
Selain pengetahuan itu mempunyai sumber, juga seseorang ketika hendak
mengadakan kontak dengan sumber-sumber itu, maka dia menggunakan alat.
Para filusuf Islam menyebutkan beberapa sumber dan sekaligus alat
pengetahuan, yaitu :
Alam tabi'at atau alam fisik
Alam Akal
Analogi ( Tamtsil)
Hati dan Ilham
1. Alam tabi'at atau alam fisik
Manusia sebagai wujud yang materi, maka selama di alam materi ini ia
tidak akan lepas dari hubungannya dengan materi secara interaktif,
dan hubungannya dengan materi menuntutnya untuk menggunakan alat yang
sifatnya materi pula, yakni indra (al hiss), karena sesuatu yang
materi tidak bisa dirubah menjadi yang tidak materi (inmateri).
Contoh yang paling konkrit dari hubungan dengan materi dengan cara
yang sifatnya materi pula adalah aktivitas keseharian manusia di
dunia ini, sepert makan, minum, hubungan suami istri dan lain
sebagianya. Dengan demikian, alam tabi'at yang materi merupakan
sumber pengetahuan yang "barangkali" paling awal dan indra merupakan
alat untuk berpengetahuan yang sumbernya tabi'at.
Tanpa indra manusia tidak dapat mengetahui alam tabi'at. Disebutkan
bahwa, barang siapa tidak mempunyai satu indra maka ia tidak akan
mengetahui sejumlah pengetahuan. Dalam filsafat Aristoteles klasik
pengetahuan lewat indra termasuk dari enam pengetahuan yang
aksioamatis (badihiyyat). Meski indra berperan sangat signifikan
dalam berpengetahuan, namun indra hanya sebagai syarat yang lazim
bukan syarat yang cukup. Peranan indra hanya memotret realita materi
yang sifatnya parsial saja, dan untuk meng-generalisasi-kannya
dibutuhkan akal. Malah dalam kajian filsafat Islam yang paling akhir,
pengetahuan yang diperoleh melalui indra sebenarnya bukanlah lewat
indra. Mereka mengatakan bahwa obyek pengetahuan (al ma'lum) ada dua
macam, yaitu, (1) obyek pengetahuan yang substansial dan (2) obyek
pengetahuan yang aksidental. Yang diketahui secara substansial oleh
manusia adalah obyek yang ada dalam benak, sedang realita di luar
diketahui olehnya hanya bersifat aksidental. Menurut pandangan ini,
indra hanya merespon saja dari realita luar ke relita dalam.
Pandangan Sensualisme (al-hissiyyin).
Kaum sensualisme, khususnya John Locke, menganggap bahwa pengetahuan
yang sah dan benar hanya lewat indra saja. Mereka mengatakan bahwa
otak manusia ketika lahir dalam keadaan kosong dari segala bentuk
pengetahuan, kemudian melalui indra realita-realita di luar tertanam
dalam benak. Peranan akal hanya dua saja yaitu, menyusun dan memilah,
dan meng-generalisasi. Jadi yang paling berperan adalah indra.
Pengetahuan yang murni lewat akal tanpa indra tidak ada. Konskuensi
dari pandangan ini adalah bahwa realita yang bukan materi atau yang
tidak dapat bersentuhan dengan indra, maka tidak dapat diketahui,
sehingga pada gilirannya mereka mengingkari hal-hal yang metafisik
seperti Tuhan.
2. Alam Akal
Kaum Rasionalis, selain alam tabi'at atau alam fisika, meyakini bahwa
akal merupakan sumber pengetahuan yang kedua dan sekaligus juga
sebagai alat pengetahuan. Mereka menganggap akal-lah yang sebenarnya
menjadi alat pengetahuan sedangkan indra hanya pembantu saja. Indra
hanya merekam atau memotret realita yanng berkaitan dengannya, namun
yang menyimpan dan mengolah adalah akal. Karena kata mereka, indra
saja tanpa akal tidak ada artinya. Tetapi tanpa indra pangetahuan
akal hanya tidak sempurna, bukan tidak ada.
Aktivitas-aktiviras Akal
Menarik kesimpulan. Yang dimaksud dengan menarik kesimpulan adalah
mengambil sebuah hukum atas sebuah kasus tertentu dari hukum yang
general. Aktivitas ini dalam istilah logika disebut silogisme
kategoris demonstratif.
Mengetahui konsep-konsep yang general. Ada dua teori yang menjelaskan
aktivitas akal ini, pertama, teori yang mengatakan bahwa akal
terlebih dahulu menghilangkan ciri-ciri yang khas dari beberapa
person dan membiarkan titik-titik kesamaan mereka. Teori ini disebut
dengan teori tajrid dan intiza'. Kedua, teori yang mangatakan bahwa
pengetahuan akal tentang konsep yang general melalui tiga tahapan,
yaitu persentuhan indra dengan materi, perekaman benak, dan
generalisasi.
Pengelompokan Wujud. Akal mempunyai kemampuan mengelompokkan segala
yang ada di alam realita ke beberapa kelompok, misalnya realita-
realita yang dikelompokkan ke dalam substansi, dan ke dalam aksdensi
(yang sembilan macam).
Pemilahan dan Penguraian.
Penggabungan dan Penyusunan.
Kreativitas.
3. Analogi (Tamtsil)
Termasuk alat pengetahuan manusia adalah analogi yang dalam
terminologi fiqih disebut qiyas. Analogi ialah menetapkan hukum
(baca; predikat) atas sesuatu dengan hukum yang telah ada pada
sesuatu yang lain karena adanya kesamaan antara dua sesuatu itu.
Analogi tersusun dari beberapa unsur; (1) asal, yaitu kasus parsial
yang telah diketahui hukumnya. (2) cabang, yaitu kasus parsial yang
hendak diketahui hukumnya, (3) titik kesamaan antara asal dan cabang
dan (4) hukum yang sudah ditetapkan atas asal.
Analogi dibagi dua;
Analogi interpretatif : Ketika sebuah kasus yang sudah jelas
hukumnya, namun tidak diketahui illatnya atau sebab penetapannya.
Analogi Yang Dijelaskan illatnya : Kasus yang sudah jelas hukum dan
illatnya.
4. Hati dan Ilham
Kaum empiris yang memandang bahwa ada sama dengan materi sehingga
sesuatu yang inmateri adalah tidak ada, maka pengetahuan tentang in
materi tidak mungkin ada. Sebaliknya kaum Ilahi ( theosopi) yang
meyakini bahwa ada lebih luas dari sekedar materi, mereka mayakini
keberadaan hal-hal yang inmateri. Pengetahuan tentangnya tidak
mungkin lewat indra tetapi lewat akal atau hati.
Tentu yang dimaksud dengan pengetahuan lewat hati disini adalah
penngetahuan tentang realita inmateri eksternal, kalau yang internal
seperti rasa sakit, sedih, senang, lapar, haus dan hal-hal yang
iintuitif lainnya diyakini keberadaannya oleh semua orang tanpa
kecuali.
Bagaimana mengetahui lewat hati ?
Filusuf Ilahi Mulla Shadra ra. berkata, "Sesungguhnya ruh manusia
jika lepas dari badan dan berhijrah menuju Tuhannya untuk menyaksikan
tanda-tanda-Nya yang sangat besar, dan juga ruh itu bersih dari
kamaksiatan-kemaksiatan, syahwat dan ketarkaitan, maka akan tampak
padanya cahaya makrifat dan keimanan kepada Allah dan malakut-Nya
yang sangat tinggi. Cahaya itu jika menguat dan mensubstansi, maka ia
menjadi substansi yang qudsi, yang dalam istilah hikmah teoritis oleh
para ahli hikmat disebut dengan akal efektif dan dalam istilah
syariat kenabian disebut ruh yang suci. Dengan cahaya akal yang kuat,
maka terpancar di dalamnya -yakni ruh manusia yang suci- rahasia-
rahasia yang ada di bumi dan di langit dan akan tampak darinya
hakikat-hakikat segala sesuatu sebagimana tampak dengan cahaya
sensual mata (alhissi) gambaran-gambaran konsepsi dalam kekuatan mata
jika tidak terhalang tabir. Tabir di sini -dalam pembahasan ini-
adalah pengaruh-pengaruh alam tabiat dan kesibukan-kesibukan dunia,
karena hati dan ruh -sesuai dengan bentuk ciptaannya- mempunyai
kelayakan untuk menerima cahaya hikmah dan iman jika tidak dihinggapi
kegelapan yang merusaknya seperti kekufuran, atau tabir yang
menghalanginya seperti kemaksiatan dan yang berkaitan dengannya "
Kemudian beliau melanjutkan, "Jika jiwa berpaling dari ajakan-ajakan
tabiat dan kegelapan-kegelapan hawa nafsu, dan menghadapkan dirinya
kepada Alhaq dan alam malakut, maka jiwa itu akan berhubungan dengan
kebahagiaan yang sangat tinggi dan akan tampak padanya rahasia alam
malakut dan terpantul padanya kesucian (qudsi) Lahut ." (al-Asfar al-
Arba'ah jilid 7 halaman 24-25).
Tentang kebenaran realita alam ruh dan hati ini, Ibnu Sina berkata,
"Sesungguhnya para 'arifin mempunyai makam-makam dan derajat-derajat
yang khusus untuk mereka. Mereka dalam kehidupan dunia di bawah yang
lain. Seakan-akan mereka itu, padahal mereka berada dengan badan
mereka, telah melepaskan dan meninggalkannya untuk alam qudsi. Mereka
dapat menyaksikan hal-hal yang halus yang tidak dapat dibayangkan dan
diterangkan dengan lisan. Kesenangan mereka dengan sesuatu yang tidak
dapat dilihat mata dan didengar telinga. Orang yang tidak menyukainya
akan mengingkarinya dan orang yang memahaminya akan membesarkannya."
(al-Isyarat jilid 3 bagian kesembilan tentang makam-makam para 'arif
halaman 363-364)
Kemudia beliau melanjutkan, "Jika sampai kepadamu berita bahwa
seorang 'arif berbicara -lebih dulu- tentang hal yang gaib (atau yang
akan terjadi), dengan berita yang menyenangkan atau peringatan, maka
percayailah. Dan sekali-sekali anda keberatan untuk mempercayainya,
karena apa yang dia beritakan mempunyai sebab-sebab yang jelas dalam
pandangan-pandangan (aliran-aliran) tabi'at."
Pengetahuan tentang alam gaib yang dicapai manusia lewat hati jika
berkenaan dengan pribadi seseorang saja disebut ilham atau isyraq,
dan jika berkaitan dengan bimbingan umat manusia dan penyempurnaan
jiwa mereka dengan syariat disebut wahyu.
Islam dan Sumber-sumber Pengetahuan
Dalam teks-teks Islam -Qur'an dan Sunnah- dijelaskan tentang sumber
dan alat pengetahuan:
Indra dan akal
Allah swt. berfirman, "Dan Allah yang telah mengeluarkan kalian dari
perut ibu kalian, sementara kalian tidak mengetahui sesuatu pun, dan
(lalu) Ia meciptakan untuk kalian pendengaran, penglihatan dan hati (
atau akal) agar kalian bersyukur ". (QS. al-Nahl: 78).
Islam tidak hanya menyebutkan pemberian Allah kepada manusia berupa
indra, tetapi juga menganjurkan kita agar menggunakannya, misalnya
dalam al-Qur'an Allah swt. berfirman, "Katakanlah, lihatlah segala
yang ada di langit-langit dan di bumi." (QS. Yunus: 101 ). Dan ayat-
ayat yang lainnya yang banyak sekali tentang anjuran untuk
bertafakkur. Qur'an juga dalam membuktikan keberadaan Allah dengan
pendekatan alam materi dan pendakatan akal yang murni seperti,
"Seandainya di langit dan di bumi ada banyak tuhan selain Allah,
niscaya keduanya akan hancur." (QS. al-Anbiya': 22). Ayat ini
menggunakan pendekatan rasional yang biasa disebut dalam logika
Aristotelian dengan silogisme hipotesis.
Atau ayat lain yang berbunyi, "Allah memberi perumpamaan, seorang
yang yang diperebutkan oleh banyak tuan dengan seorang yang
menyerahkan dirinya kepada seorang saja, apakah keduanya sama ?" (QS.
al-Zumar: 29)
Hati
Allah swt berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah, niscaya Ia akan memberikan kepada kalian furqon." (QS.
al-Anfal: 29) Maksud ayat ini adalah bahwa Allah swt. akan memberikan
cahaya yang dengannya mereka dapat membedakan antara yang haq dengan
yang batil.
Atau ayat yang berbunyi, "Dan bertakwalah kepada Allah maka Ia akan
mengajari kalian. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. al-
Baqarah: 282). Dan ayat-ayat yang lainnya.
Syarat dan Penghalang Pengetahuan.
Meskipun berpengetahuan tidak bisa dipisahkan dari manusia, namun
seringkali ada hal-hal yang mestinya diketahui oleh manusia, ternyata
tidak diketahui olehnya.
Oleh karena itu ada beberapa pra-syarat untuk memiliki pengetahuan,
yaitu :
Konsentrasi
Orang yang tidak mengkonsentasikan (memfokuskan) indra dan akal
pikirannya pada benda-benda di luar, maka dia tidak akan mengetahui
apa yang ada di sekitarnya.
Akal yang sehat
Orang yang akalnya tidak sehat tidak dapat berpikir dengan baik. Akal
yang tidak sehat ini mungkin karena penyakit, cacat bawaan atau
pendidikan yang tidak benar.
Indra yang sehat
Orang yang salah satu atau semua indranya cacat maka tidak mengetahui
alam materi yang ada di sekitarnya.
Jika syarat-syarat ini terpenuhi maka seseorang akan mendapatkan
pengetahuan lewat indra dan akal. Kemudian pengetahuan daat dimiliki
lewat hati. Pengetahuan ini akan diraih dengan syarat-syarat seperti,
membersihkan hati dari kemaksiatan, memfokuskan hati kepada alam yang
lebih tinggi, mengosongkan hati dari fanatisme dan mengikuti aturan-
aturan sayr dan suluk. Seorang yang hatinya seperti itu akan
terpantul di dalamnya cahaya Ilahi dan kesempurnaanNya.
Ketika syarat-syarat itu tidak terpenuhi maka pengetahuan akan
terhalang dari manusia. Secara spesifik ada beberapa sifat yang
menjadi penghalang pengetahuan, seperti sombong, fanatisme, taqlid
buta (tanpa dasar yang kuat), kepongahan karena ilmu, jiwa yang lemah
(jiwa yang mudah dipengaruhi pribadi-pribadi besar) dan mencintai
materi secara berlebihan.
Wal hamdulillah awwalan wa akhiran.
(Makalah Ust. Husein Al-Kaff dalam Kuliah  Filsafat Islam  di Yayasan
Pendidikan Islam Al-Jawad)
<!-- dari milis padhang-mbulan -->
Socrates

FILSAFAT ETIKA DAN MORAL KANT


Imanuel Kant, terkenal dengan filsafat kritisnya yang lebih banyak berbicara
tentang filsafat moral dan etika. Dia merupakan tokoh penting karena dia
bisa disebut sebagai pemersatu antara filsafat Rasionalisme dan Emipirisme.
Tapi ternyata usahanya untuk menyatukan keduanya terpecah kembali sehingga
sekarang kita kenal filsafat positivisme --logis-- dan idealisme.
Tulisan ini hanya sedikit rangkuman tentang filsafat etika dan moral Imanuel Kant,
karena saya sendiri masih 'mau' belajar tentang filsafatnya, dan selalu tidak ada
waktu saja untuk itu :-( Tapi lain kali akan saya update tulisan ini.
Du kannst, denn du sollst!
-- Kita wajib, karena kita bisa (melakukannya)!
Filsafat kritis adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih
dahulu menyelidiki kemampuan rasio dan batas-batasnya. Filsafat sebelum
kritisme harus dianggap sebagai dogmatisme, sebab filsafat itu percaya
mentah mentah pada kemampuan rasaio tanpa penyelidikan terlebih dahulu.
Pemutarbalikan Kopernikan (Kopernikanische Wende):
"	Sebelum Kant: kebenaran dimengerti sebagai "pencocokan intelek
terhadap realitas" (adaequatio intellectus ad rem), sejak Kant kebenaran
itu lebih merupakan "pencocokan realitas terhadap intelek" (adaequatio rei
ad intellectum)
"	Objeklah yang mengarahkan diri kepada subjek untuk diproses
menjadi pengetahuan, bukan subjek (manusia, "aku") mengarahkan diri pada
objek (benda, "dunia")
Inggris: Englightenment
Perancis: Illuminism (?)
Jerman: Aufklärung
Semboyan: Sapere Aude! (Beranilah berfikir sendiri) Horace, filsuf Romawi
Gerakan Pietisme di Jerman
Doa tidak perlu karena toh Tuhan sudah tau kebutuhan dan isi hati kita.
Gereja sejati tidak berada dalam organisasi mamna pun atau dalam
ajaran-ajaran teologi, melainkan dio dalam hati orang yang percaya dan
shaleh.
Tingkah laku shaleh (baik) daripada ajaran teologis.
Adanya Allah, berkehendak bebas, dan kebaaan jiwa tidak bisa dibuktikan
secara teoritis, melainkan perlu diterima sebagai postulat budi praktis
(praktishen vernunft)-yakni sebagai Idea-yang menyangkut kewajiban kita
menaati hukum moral (Sittengesetz)
Rasionalisme: Leibniz & Wolff
Adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan sejati
adalah akal budi (rasio). Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan
pengetahuan yang telah didapatkan akal budi; akal budi sendiri tidak
memerlukan pengalaman. Akal budi dapat menurunkan kebenaran2 dari dirinya
sendiri, yakni berdasarkan azas-azas yang pertama dan pasti. Metode
kerjanya bersifat deduktif.
Monade: bersifat metafisik, 3 macam monade
Empirisme: Hume (empeiria=pengalaman nyata, bhs.Yunani)
Pengalamanlah yang menjadi sumber utama pengetahuan, baik pengalaman
lahirian maupun pengalaman batiniah. Akal budi bukan sumber pengetahuan,
tetapi ia bertugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari
pengalaman menjadi pengetahuan. Metodenya bersifat induktif.
Kesan-kesan (impression)
Pengertian-pengertian atu idea-idea (ideas) ' diperoleh secara tidak
langsung daripengalaman
"kepercayaan" (belief) ' skepsisisme Hume: tidak pernah dicapai suatu
kepastian, yang ada kemungkinan
Pandangan Hume thd manusia: "Aku" bukanlah substansi, melainkan
"serangkaian atau kumpulan kesan-kesan yang silih berganti dengan
kecepatan yang tak terbayangkan". Tidak ada "Aku" yang berdiri sendiri;
yang bisa dijumpai adalah "Aku yang marah", "Aku yang sakit", "Aku yang
kedinginan"
Kausalitas (prinsip sebab-akibat): pengulangan berkali-kali pengalaman
serupa, hanya memperlihatkan urutan-urutan gejala
Critique of Pure Reason
3 macam putusan:
1. Putusan analitis: di sini predikat tidak menambah sesuatu yang
baru pada subjek, karena sudah termuat didalamnya (misalnya: lingkaran
adalah bulat).
2. Putusan sistesis aposteriori: di sini predkat dihubungkan dengan
subjek berdasarkan pengalaman indrawi, misalnya pernyataan "Meja itu
bagus".
3. Putusan sistesis a priori: di sini dipakai suatu sumber
[engetahuan yang kendati bersifat sistensis, namun toh bersifat a priori
juga. Misalnya, putusan berbunyi "segala kejadian mempunyai sebabnya"
Hirarki proses pengetahuan manusia:
1. Tingkat penyerapan inderawi (Sinneswahrnehmung), tingkat yang
paling rendah
Ruang dan waktu adalah a priori sensibilitas, sudah berakar dalam struktur
subjek
2. Tingkat akal budi (Verstand) yang berhubungan dengan realitas
empiris
12 kategori2 yang merupakan ide-ide baawaan/ bersifat asasi, yang
menunjukan
Kuantitas (kesatuan, kejamakan, keutuhan)
Kualitas (realitas, negasi, pembatasan)
Relasi (substansi dan aksidens, sebabakibat atau kausalitas, interaksi)
Modalitas (mungkin/mustahil, ada.tiada, keperluan/kebetulan)
3. Tingkat budi atau intelek (Verfnunft)
Idea (Idee) paham metafisik yang absolut yang sama sekali lebas dari
unsur2 empiris 3 Idea transendenta, tidak bisa diketahui oleh pengalaman
karena berada dalam dunia noumenal (noumenon, bukan pahinomenon, bhs.
Yunani), merupakan postulat-postulat atau aksioma-aksioma epistemologis
yang berada diluar jangkauan pembuktian teoritis-empiris:
1. Idea psikologis (jiwa)
2. Idea kosmologis (dunia)
3. Idea teologis (Allah)
Ajaran Kant mengenai Etika
Etika
Dalam Grundlegung zur Metaphysik der Sitten, filsafat Yunani bisa dibagi
menjadi 3 bagian yaitu logika, fisika, dan etika.  Logika bersifat a
priori tapi fisika dan etika memiliki unsur2 a priori dan empiris. Ilmu
fisika apriori-empiris ini disebut ilmu alam (Naturlehre) sedangakan ilmu
etika apriori-empiris disebut ilmu kesusilaan (Sittenlehre)
Metafisika kesusilaan (Metaphysik der Sitten): etika a priori
Antropologi praktis (praktische Anhropologie): etika yang bersifat empiris
atau aposteriori
Moralitas dan Legalitas
Legalitas
Moralitas
Moralitas heterenom
Moralitas otonom --> otonomi kehendak (Autonomie des Willens)
Tindakan manusia didasarkan pada dua prinsip:
Maxime : prinsip yang berlaku secara subjektif
Prinsip atau kaidah objektif --> imperatif
Imperatif hipotesis : perintah bersyarat, berlaku secara umum.
Imperatif kategoris : perintah mutlak, berlaku umum, selalu dan
dimana-mana (universal)
Budi praktis selalu "mampu"  kewajiban selalu dapat dilakukan --> Du kannst,
denn du sollst!
Kehendak dan hukum adalah satu --> budi praktis yang murni (reine praktische
Vernunft)
Azas kesusilaan yang transenden.
Kewajiban sebagai Dasar Tindakan Moral
Satu-satunya hal baik tanpa kualifikasi atau pengecualian adalah "kehendak
baik" (guter Wille)
Keharusan itu selalu merupakan kehendak.
Pembedaan antara
o tindakan "sesuai dengan kewajiban" (pflichtmässig) yaitu tindakan
yang dilakukan bukan karena kecenderungan langsung, melainkan semata-mata
demi maksud-maksud kepentingan itu sendiri
o tindakan yang dilakukan "demi kewajiban" (aus Pflicht)
cinta patologis (pathologische Liebe) : cinta reaksional, emosional,
spontan-alamiah
cinta praktis (Prakriche Liebe) : cinta karena kewajiban, terdapat dalam
kehendak
tindakan berdasarkan kewajiban ini memiliki nilai moralnya dari prinsip
formal atau maxim formal, bukan dari maxim material yaitu prinsip
subjektif yang memerintahkan orang untuk melakukan eprbuatan tertentu ini
atau itu demi mencapai tujuan tertentu juga.
Plato

Materialisme Dialektis

Yang-Nyata ialah Yang-Material. Materialisme merupakan suatu bentuk realisme, karena paham ini menumbuhkan yang-nyata dengan materi. Tanpa pengecualian sesuatu , seseorang penganut materialisme menganggap bahwa materi ialah satu-satunya hal yang nyata. Materi ialah hal yang terdalam dan bereksistensi atas kekuatan sendiri, dan tidak memerlukan suatu prinsip yang lain untuk menerangkan eksistensinya sendiri. Materi itu sendiri merupakan sumber serta keterangan terdalam bagi berekstensinya segala sesuatu yang ada, bahkan juga bagi adanya. Tokoh materialisme penting yang lain: Jacob Molenschott, Vogt, dan Oswald Materialisme mempunyai peranan penting pada pertengahan abad 19. Ia menjadi aliran filsafat yang cukup besar dan populer pada saat itu. Tapi materialisme yen berkembang bukanlah materilisme metafisik dari tradisi Aufklarung , tapi lebih cenderung marxisme. ? Materialisme yang meneruskan tradisi Aufklarung, biasa disebut "materialisme mekanis" Materialisme ini memandang manusia seperti sebuah mesin, atau mereduksi seluruh tingkah laku manusia menurut hukum fisika dan kimia. Tokoh materialisme ini adalah Ludwig Bouenchner (1824-1899) dengan sukses besar dengan karyanya Kraft und Stoff (Daya dan Materi) dan Ernst Haeckel (1834-1919) yang mempopulerkan teori evolusi dengan menggunakan prinsip-prinsi materialisme. ? Materialisme yang timbul sebagai reaksi terhadap idealisme Tokoh-tokoh penting dari materialisme ini adalah: Ludwig Feuerbach 91804-1895) Karl Marx (1818-1883) Friedrich Engels (1820-1895) MATERIALISME Menurut Engels, materialisme pra-Marx gagal memahamai dan menjelaskan perkembangan dan gagal menginterpretasikan persoalan-persoalan sosial (Dutt, 1964) Materialisme marx bukan paham yang menyetakan bahwa segala sesuatu adalah materi seperti yang diajarkan Mazhab yang dipimpin Molenschott dan Buechner, melainkan bahwa kebudayaan didasarkan atas pertimbangan ekonomis. Justru mengakui peranan subjek yang aktif; manusia dijadikan kunci untuk memahami realitas dan materi. Materi bukan sesuatu yang pasif dan lemah, tetapi penuh kekuatan dan energi. Pengertian materi ini sering digunakan untuk mengungkapkan hal-hal (Bottomore, 1982): 1. Kehidupan material (material life) 2. kondisi-kondisi kehidupan material (material condition of life) 3. Kekuatan-kekuatan produktif material (material productive force) 4. Cara produksi kehidupan material (modes of production of material life) 5. transformasi material kondisi produksi eknomi (material transformation of the economic condition of production) Marx menyebut sismtem filsafatnya "sosialisme ilmiah" (Socialism scientific) yang berarti perlawanan terhadap segala bentuk utopia yang idealistik, sebagaimana eksperimen Owen dan Kingsley yaitu membangun komunitas ideal atas dasar prinsip-prinsip Kritiani, yang dianggap hanya sebagai katalistik. ¿ Sosialisme ilmiah juga perupakan perlawanan terhadap bentuk idealisme dan positivisme, menurut Marx siapa saja yang menganggap alam sebagai simbol keilahian dan berbicara secara teologis termasuk dalam katagori prailmiah. Positivisme ditentang karena berakhir pada "skeptisisme ilmiah" dan gagal mempengaruhi masyarakat. Marx lebih menaruh perhatian pada perubahan dan reinterpretasi proses alam dibanding menjelaskan hukum-hukum alam seperti yang dilakukan positivisme. DIALEKTIKA Metode Marx dikenal dengan nama-yang diperkenalkan oleh Engels-"dialektika materialisme"; yang memadukan materialisme dengan dialektika kepada suatu bentuk kesatuan organik (Dutt, 1964) Dialektika secara etimologis, dalam kata Yunani, berarti suatu seni berdiskusi dengan aturan-aturan khusus atau "seni berdebat" atau disebut juga seni penyelidikan kebenaran opini (Mayo, 1960). Metode dialektika dikembangkan dengan serius oleh kalangan Hegelian. Dialektika Hegel sebenernya mengikuti suatu silogisme. Argumen Hegel meyatakan(Mayo, 1960): 1. Ide-ide berkembang melalui proses dialektika 2. Dunia eksternal merupakan perwujudan dunia ide (kesadaran/ "Ide Absolut") 3. maka dunia eksternal berkembang atau berproses secara dialektik Dialektika Hegel yang idealis ini ditolak Marx karena mendeduksikan hukum dialektika bukan dari kenyataan tapi dari kesadaran. Marx merubah "dialektika subjektif" Hegel ke "dialektika onjektif" Pengaruh Hegel ini mensintesis pengaruh Feuerbach yang berhasil dalam mengatasi materialisme mekanis , tapi gagal memahami materi yang bekembangan secara dialektis, yaitu perkembangan dari tahap kuantitaif ke tahap kualitatif. Ini berarti pengintegrasian materi dapat merubah pada suatu hal sama sekali baru. Dengan cara ini berati kehidupan berasal dari materi dan kesadaran manusia berasal dari kehidupan organis (Bertens,1983). Dialektika berarti "ilmu khusus" yang mencurahakan perhatiannya pada masalah hukum umum tentang gerak, perubahan, dan perkembangan. Engels memaksudkan perkembangan / perubahan itu adalah mencakup Alam, masayarakat dan pemikiran manusia. Dialektika disebut juga "teori ilmiah" ( a scientific teory), sebuah "metoda kognisi" (a methode of cognition) dan sebuah "petunjuk aksi" (a guide to action). Ia merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum perkembangan yang memungkinkan menganilis masa lalu (sejarah), mengerti dengan benar apa yang terjadi sekarang dan meramalkan masa depan (Dutt, 1964) Menurut Plekhanov, bapak marxisme Rusia & juga guru Lenin, dialektik bukan hanya ditemukan pada evolusi biologis tetapi juga dalam fenomena geologi, dan Lenin perubahan dialektik ini terbukti juga dalam sejarah. Penggunaan metodologi materialisme dialektik ini selanjutnya banyak digunakan pada fenomena kebihupan sosial, sehingga namanya juga dikenal sebagai "historis materialisme". Histors materialisme dapat disimpulakan mempunyai dua ciri dasar (Siswanto, 1998) yaitu (1) historis materialisme mempelajari hukum objektif umum yang mengatur perkembangan masyarakat manusia, yaitu menyelidiki fase -fase sejarah dunia, formasi-formasi sosial-ekonomi dan sebab-sebab objektif kemunculan dan kemusnahan dan (2) historis materialisme selalu mempertmbangkan tata-hubungan keberadaan sosial dengan kesdaran sosial. Beberapa tesis dasar historis materialisme (Lenina Ilitskaya, 1978): 1. Produksi benda-benda dan sarana-sarana produksi materil atau sistem produksi adalah basis sejarah. Ideologi tidak lebih daripada terjemahan barang-barang material yangmengendap dalam kepala manusia. 2. Sejarah buakan aktifitas individu tapi aktifitas massa, group, kerja semua orang. Masyarakat merupakan kompleks fenomena tertinggi yang terjadi karena berbagai relasi dan koneksi. 3. Sejarah merupakan sebuah proses yang objektif. Sejarah berkembang seperti halnya proses berkembangnya alam, bebas dari intensi manusia ¿ 4. Sejarah berkembang dari tahap paling rendah kepada tahap yang paling tinggi melalui pertentangan dan perjuangan kelas menuju masyarakat komunis, yaitu maysrakat tanpa kelas. Ref: "Sistem-sistem Metafisika Dunia Barat: Dari Aristoteles sampai Derrida", Drs. Joko Siswanto, M.Hum., Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998. "Introduction to Marxist Theory", H.B. Mayo, oxford Univ Press, New York "Fundamentals of Marxism-Leinism" C. Dutt, Prrogress Publisheers, Moscow. "ABC of dialectical and historical materialism", Lenina Ilistkaya, Moscow : Progress Publishers, 1976